Jumat, 31 Juli 2015



IMG_0003
 “…Disamping bertempur di garis depan, digaris belakang kita harus banyak mendidik ….. aligator-aligator ….”
Ada yang unik di Indonesia. Entah bagaimana dalam kondisi seserius apapun, masyarakat Indonesia masih menyimpan rasa humornya. Mari kita lihat situasi baru-baru ini. Pilpres paling panas sepanjang sejarah Indonesia. Apakah yang terjadi ? apakah kita menemukan perkelahian di jalanan, pembunuhan, teror, pertikaian antar pendukung capres. Tidak sama sekali. Memang pastinya terjadi insiden-insiden kecil, tapi tidak ada yang cukup besar sehingga menimbulkan kekisruhan. Peperangan antar pendukung lebih banyak terjadi di media sosial, itupun berbentuk adu “meme” atau adu komentar. Di antara peperangan tersebut, seringkali tersisip kalimat-kalimat lucu yang walaupun bersifat mengejek, tetap memperlihatkan sisi humor para pendukung capres.
Kita patut bersyukur perseteruan antar pendukung capres ini tidak meruncing seperti terjadi di Thailand, Venezuela, atau negara berkembang lainnya. Masyarakat Indonesia sepertinya menyimpan opsi turun ke jalan sebagai jalan penyelesaian masalah terakhir. Apalagi dengan adanya media sosial, orang tidak perlu capek-capek turun ke jalan untuk menyuarakan pendapat. Seringkali mereka yang turun ke jalan adalah massa bayaran atau mereka yang kebetulan saja memiliki waktu untuk itu : para mahasiswa, pengangguran, atau pekerja serabutan. Kaum kelas menengah yang terlalu “sibuk” biasanya tidak mau turun ke jalan kecuali hajat hidup mereka sangat terancam. Sifat masyarakat Indonesia ini mungkin menarik untuk diteliti lebih jauh.
Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan berpuluh-puluh tahun yang lalu. Tidak tanggung-tanggung, bahkan dalam kondisi peperangan mempertahankan revolusi sekalipun masih ada saja kejadian lucu hasil “kreatifitas” sisi humor para pelaku revolusi. Tidak hanya dalam kegiatan sehari-hari, kelucuan juga ditampilkan dalam banyak kartun-kartun propaganda yang dimuat dalam media cetak kala itu. Seringkali kartun-kartun tersebut tidak hanya menyerang penjajah, tapi juga lawan-lawan politik persis seperti yang terjadi baru-baru ini.
IMG_0004
IMG_0026
Sisi humor ini secara umum menunjukan upaya menghindari perasaan tertekan atau menjaga akal sehat mereka. Ekspresi-ekspresi humor merupakan bukti kalau bangsa Indonesia mampu berpikir secara jernih dalam kondisi segawat apapun. Sebagian dari kejadian-kejadian lucu yang terjadi di masa itu direkam oleh Soerjono, dimuat dalam buku “Bingkisan Nasional Kenangan 10 Tahun Revolusi Indonesia” yang diterbitkan PT Upeni Djakarta tahun 1955.   Dalam buku yang disusun oleh Darius Marpaung ini dimuat 61 tulisan seputar revolusi yang tidak banyak dikisahkan dalam buku-buku lainnya. Buku ini merupakan kumpulan “petite histoire” seputar revolusi. Berikut adalah kumpulan kisah-kisah humor tersebut :
Apa itu Repolusi ?
Apa itu revolusi. Ada yang kasih tafsiran macam-macam. Ada yang bilang revolusi adalah perebutan kekuasaan, ada yang bilang revolusi adalah pemindahan kekuasaan dari satu kelas ke kelas lain yang lebih maju. Ada yang mengartikan revolusi adalah otak-otakan, ada yang bilang tindakan cowboy-cowboy-an juga revolusioner. Tetapi mendiang Jenderal Sudirman alm. dalam kongres pemuda di Madiun bilang dan kasih pengertian yang istimewa, katanya perjuangan revolusi adalah perjuangan “arek” yang “vol” dengan “isi” ini revolusi.
“Tentara Cap Panah”
Selama revolusi lahirnya pasukan bagaikan cendawan di musim hujan. Ada pasukan ini pasukan itu. Biasanya semua pakai nama yang serem2 dan simbol yang serem pula. Karena banyaknya pasukan, sudah barangtentu banyak juga tentara yang buta huruf. Akibatnya? Ketika peristiwa Tan Malaka “3 Juli 1946″, Perbatasan Jogja-Solo dijaga keras.
Pada suatu malam ada sebuah mobil diberhentikan diperbatasan kota. Penjaga perbatasan menanyakan penumpang mobil tentara itu apa membawa surat perintah.
Penumpang itu dengan tenang menunjukan surat perintahnya dan alangkah tercengangnya penumpang tadi serenta melihat laskar tadi memeriksa surat perintah itu hurufnya terbalik yang atas di bawah dan bawah di atas, dan laskar itu dengan penuh disiplin dan memberi hormat secara militer berkata :
“O ya, tentara cap panah, boleh jalan terus..”
Yang dimaksud cap panah, ialah surat perintah Bung Tomo yang stempelnya memakai “Cap Panah”.
Tidak ada pelurunya…
Ada lagi mobil datang lewat penjaga perbatasa ini. Kali ini juga mobil tentara, kalah tidak salah pengendaranya Let. kol. Singgih sekarang ketua PRRI.
Seorang penjaga sambil mengacungkan karabennya didalam mobil berkata : “Stop, mau pergi kemana, ada surat perintah?”.
Penjaga ini mengacungkan senjatanya sambil mengokang senjatanya.
“Surat perintah ada bung, dan bung boleh periksa, tetapi tidak usah ngokang senjata dan ditodongkan kesetir”.
“Jangan khawatir pak, tidak apa-apa. Tidak ada pelurunya……”
IMG_0005
Laskar Kere
Nama pasukan selama revolusi banyak yang serem2 dan bikin orang sering berdiri bulu kuduknya. Karena banyaknya kesatuan maka nama itu beraneka ragam juga, dan semuanya mengerikan. Ada “Pasukan Berani Mati”, “Alap-alap Nyawa”, tetapi ada juga yang kasih nama dirinya “Laskar Kere…..”
Artinya “Laskar Pengemis” tetapi anggotanya terdiri dari anak-anak pelajar Solo.
Pasukan Ber-uang-merah
Disamping nama2 yang serem-serem, ada juga pasukan yang namanya “Beruang Merah”. Orang mengira ini bangsanya “Tentara Merah” atau “Tentara Jalan Kedelapan”. Bukan saudara, justru tentara ini yang paling tidak merah dan malahan paling anti merah.
Dia jarang mau ditarik mundur digaris belakang, dan tempatnya yang disenangi adalah didaerah perbatasan dimana banyak lalu lintas barang2 dari dan kedaerah pendudukan seperti gula, kinabas, opium, baju drill CP, ikat pinggang dan kacamata atom….   Karenanya rakyat biasa menamakan mereka  pasukan “Beruang Merah”, alias pasukan “Ber-uang Merah” … Uang yang beredar di daerah pendudukan.
Revolusi juga membuka segala kemungkinan baru. Tahukah saudara bahwa Achmad Jadau itu selama revolusi adalah Letnan Kolonel dan memegang pasukan di Solo, tetapi di jaman Pra-Revolusi adalah seorang Penyanyi.
Angkatan Lawe
Ada juga bekas kapten sepakbola lantas jadi Kapten Angkatan Darat. Ada juga tukang catut yang kemudian menjabat opsir ALRI, singkatan dari Angkatan Laut Republik Indonesia. Karena tempatnya tidak di lautan, dan mondar-mandir di Pujon, Lawang, Kaliurang, ngurus dagangan ini dan itu orang sebut Angkatan Lawe…
Nama…..
Karena banyaknya pasukan2 bersenjata yang lahir, maka banyak juga jawatan2 baru terpaksa dilahirkan oleh pemerintah, untuk mengurusi pasukan2 ini.
Nama jawatan macam-macam, antara lain ada seorang muda yang rajin menyebut tempat bekerjanya. Kalau ditanya : …Saudara bekerja di mana ..?”
Dijawabnya : “..Di Kementrian Pertahanan Bagian TNI bagian Masyarakat Biro Perjuangan Urusan Pembelaan Rakyat Inspektorat Pemuda di daerah IX bagian ……… suple ……”
Sleutel Oposisi dan alligatar
Revolusi juga mendorong pemuda2 kita belajar teori revolusioner, dan kadang2memaksa mereka memakai beberapa kata-kata asing. Demikianlah disalah satu rapat kongres pemuda seorang wakil dari daerah Banyumas berpidato :
“Disamping berjuang melawan musuh pemuda harus banyak menduduki sleutel-oposisi …..”
Lain utusan utusan lagi berbicara : “…Disamping bertempur di garis depan, digaris belakang kita harus banyak mendidik ….. aligator-aligator ….”
Yang dimaksudnya ialah agitator.
K.T.N.
Rakyat kita mengenal orang2 Amerika dan orang2 kulit putih lainnya pertama2 di zaman revolusi, ialah ketika mereka itu masuk pedalaman dengan kendaraan yang dikasih tanda “K.T.N.” atau “Komisi Tiga Negara”.
Rakyat ketika itu tidak diberitahu itu apa, tetapi pada umumnya mereka secara insting membau itu apa, dan sering mengejek mereka itu : “…Kaki Tangan Nica…”
Temple….
Pada suatu hari seorang anggota KTN  ingin melihat Candi Borobudur. Ia bilang sama sopirnya seorang Indonesia. Katanya : “To the temple…”
Serenta mobil berhenti, alangkah tercengangnya anggota KTN ini serenta melihat bahwa di sekitar tempat berhenti ini tidak ada candi sama sekali. Sebabnya ? ia bilang “to the temple”, tetapi sama sopirnya diantarkan ke Tempel, desa dipinggir kota Jogja.
Pidato
Tahukah saudara bahwa ketika KNIP Pleno bersidang di Malang ada anggota yang berpidato begitu ngotot sehingga ada satu giginya yang jatuh ? Di papan pengumuman di depan ditulis :
“Siapa yang kehilangan gigi supaya diambil di sekertariat…..”
Tahukah saudara bahwa ketika berbicara di KNIP Pleno Malang mbakyu Sri Mangunsarkoro menyatakan menolak Linggarjati sambil “menggebrak meja”, kemudian turun dari panggung meninggalkan sidang, tetapi kemudian kembali lagi ke panggung sambil bilang sama Sartono : “Maafkan saudara ketua, payung saya ketinggalan….”
*****
Kejadian-kejadian di atas tentu saja hanya sedikit dari seluruh kejadian unik yang terjadi. Tanpa bermaksud meremehkan perjuangan para pahlawan yang telah mempertahankan kemerdekaan bangsa ini, hal-hal seperti ini selayaknya menjadi hikmah bagi kita untuk selalu mempertahankan sisi humor agar bebas dari emosi berlebihan yang bisa mencelakakan.